tugas wawancara Bahasa Indonesia


TUGAS WAWANCARA
Bahasa Indonesia




DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
Auliya Shofia(07)
Azzam Syaiful I(08)
Naila Ulin Nuha

Kementrian Agama
Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang
Jalan Bandung no 07 Malang

DRAF PERTANYAAN
  1. Kapan rumah industri ini didirikan?
  2. Siapa yang memberi ibu ide untuk mendirikan perusahaan ini?
  3. Kemana saja ibu memasarkan keramik hasil produksi perusahaan ibu?
  4. Apakah ada keramik yang diekspor ke luar negeri?
  5. Bagaimana proses pembuatan keramik?
  6. Mengapa ibu memutuskan menjadi pengrajin keramik?

LAPORAN WAWANCARA
Kampung Keramik Dinoyo merupakan kawasan denagn banyak home industri yang memproduksi keramik. Pada tanggal 14 Maret 2011 pukul 15.30, kami mengunjungi salah satu rumah industri dan melaksanakan wawancara dengan pemiliknya. Simak laporan wawancara kami.
T : Assalamu’laikum.
J : Wa’alaikum salam. Eh, ada tamu to. Mari masuk, Mbak. Ada apa, ya?
T : Begini, Bu. Kami ingin bertemu dengan pemilik rumah industri ini. Apa orangnya ada?
J : Oh pemiliknya ya saya, Mbak. Ada yang bisa dibantu?
T : Kami siswa MAN3 Malang sedang melaksanakan tugas wawancara. Kebetulan kami mendapat bagian industri. Nah, kami tertarik denagn industri keramik disini. Apakah Ibu bersedia diwawancarai?
J : Bisa kok, Mbak. Silahkan duduk.
T : Boleh saya tahu siapa nama Ibu?
J : Nama saya ibu Anis, Anisati.
T : Kapan Ibu mendirikan rumah industri keramik ini? Dan siapa yang memberi Ibu ide?
J : Tahun 1993. Waktu itu saya dan suami saya ingin mendirikan uasaha sendiri. Suami saya dulu kerja di perikanan. Tapi beliau itu orang yang berjiwa wiraswasta. Akhirnya, yah kami membuat home industriini.
T : Waktu itu modalnya dari mana, Bu?
J : Modalnya ya dari kita sendiri. Lah wong awalnya kita cuma nyoba-nyoba saja. Kami membaca buku tentang cara membuat keramik. Trus kita bikin keramik. Ya, awalnya banyak yang gagal. Tapi, setelah setahun berlatih terus ahirnya bisa.
T : Tadi kan waktu kita masuk, ada pabrik keramik. Apa pabriknya masih berdiri sampai sekarang? Dan bagaimna hubungnnya dngan rumah industri di sini?
J : ndak ada hubungannya, Mbak. Itu pabrik keramik yang memproduksi kloset, tapi sudah bangkrut sejak lama.
T : Oh, begitu ya, Bu. Oya, bagaimana cara membuat keramik, Bu?
J : Jadi pertamanya kita bikin bahan dasarnya dulu. Bahannya itu mase, mase itu yah kayak tanah liat yang agak basah gitu. Masenya itu masih diproses lama. Mase tadi dipotong tipis, direndam satu hari untuk menghilangkan gelembung, terus di ratakan, diayak sampai didapat hasil ayakan yang paling halus. Nah, hasil terakhir dari mase tadi dicampur kaolin agar warnanya jadi agak putih, dicampur air secukupnya, ditambah ball clay sama dikasih water glass.
T : Wah, proses membuat bahan daranya sudah lama ya, Bu?
J : Ya kalo sudah biasa gak kerasa lama, Mbak. Itu tadi proses bikin bahan dasar. Setelah itu diproduksi, Mbak. Jadi dari bahan campuran tadi, terus dicetak sesuai keinginan kita atau sesuai pesanan. Terus dipotong, habis itu dijemur. Setelah agak kering, dirapiin. Kayak misalnya kita bikin roti, kalo udah keluar dari cetakan kan ada kriwil-kriwil gitu, ya itu yang dibersiin. Habis gitu dijemur lagi. Setelah kering, di spons mabak. Nyepon itu ngelap butir-butir pake spon yang dicelup air. Trus masuk proses mengglasur. Mengglasur itu memasukkan keramik kedalam cairan bernama glasur. Warna glasur juga beda-beda. Sesuai keinginan. Setelah itu baru digambar.
T : Prosesnya cukup lama dan butuh telaten ya, Bu? Terus nggambarnya itu peke apa, Bu?
J : Kalo itu ada 3 macem, Mbak. Ada yang diukir, jadi biar ada ukiran gitu. Ada yang digambar biasa pake kuas. Ada juga yang ditempel pake hasil keramik lain. Menempelkannya ini juga peke bahan dasar yang masih agak basah tadi. Jadi biar nempel.
T : Oya, Bu. Melihat proses yang cukup lama gini, apakah ibu juga punya tenaga kerja?
J : Ya tentu punya, Mbak. Saya punya 6 pekerja.
T : Apa juga ada pembagian kerja, Bu?
J : Iya mbak. Jadi, 6 pekerja tadi dibagi menurut kemampuan masing-masing. Tapi ya semua pekerja bisa melakukan mimimal 2 macam pekerjaan.
T : Daerah mana saja Bu yang ngambil keramik dari toko Ibu?
J : Wah .. ya banyak, Mbak. Kayaknya hampir seluruh Indonesia.
T : Wah masak, Bu? Berarti keramik Malang terkenal ya, Bu?
J : Iya, Mbak. Sampe ke Irian juga, loh.
T : Bu, disini kan banyak rumah industri, apa Ibu tidak takut bersaing?
J : Ya enggaklah, Mbak. Itu kan rezeki masing-masing orang. Pokoknya ya Mbak, kalo di toko saya, saya berusaha memegang 4 komitmen. Pelayanan baik dan ramah, mutu dan kualitas yang bagus, ketepatan waktu produksi. Dari situ pembeli bisa memilih toko mana yang memegang komitmen bagus dan akhirnya menarik banyak pembeli.
T : Bagaimana cara Ibu memasarkan produk?
J : Wah, kalo saya promosinya gimana, ya? Hahha.. Dulu waktu suami saya masih ada, kita nyoba promosi lewat internet. Tapi sekarang enggak lagi.


T :Tapi meskipun tanpa promosi lewat internet, rumah industri Ibu tetap laris dipasaran, kan?
J : Alhamdulillah, Mbak. Ya dengan cara memegang komitmen tadi. Kalo gitu kan jadi banyak yang dateng kesini lewat informasi dari mulut ke mulut.
T : Alhamdulillah ya, Bu. Kalo suka dukanya bagaimana?
J : Ya tentu saja sukanya pas waktu banyak orang yang pesen, kalo barangnya bisa muasin pemesan. Dukanya ya pas waktu sepi. Heheh..
T : Berapa sih Bu produk yang bisa dihasilkan dalam sehari?
J : Kalo produk-produk kecil seperti souvenir gini, bisa jadi 800 buah tapi yang bener jadi sampai selesai nggambarnya sekitar 400 buah, Mbak.
T : Dari berbisnis keramik gini, berapa omzet sebulannya, Bu?
J : Kalo lagi rame sekitar 30 juta, laba bersihnya 5 juta. Kalopas sepi sekitar 15 juta. Laba bersihnya2,5 jutaan.
T : Keramik yang paling sering dibeli modelnya kayak gimana Bu?
J : Gimana Mbak ya. Kalo buat souvenir nikah ya yang kecil-kecil gitu. Tapi kalo orang luar kota yang ngambil banyak yang milih pot, vas, guci yang besar-besar gitu mbak.
T : Ngomong-ngomong tentang harga, harga paling murah sampai palng mahal berapa Bu?
J : Paling murah Rp 1500. Paling mahalnya sekitar Rp 300.000.
T : Dari usaha ini, apakah setiap rumah dibebani pajak kepada pemerintah?
J : Ya endak to, Mbak. Kalo dikasih pajak kan malah membebani kalo uda membebani kan malah usahanya gak maju-maju. Kalo uda gitu akhirnya bangkrut dan malah gak bikin sejahtera.
T : Kalo begitup emerintah memberi subsidi?
J : Iya, mbak. Tahun 2011 kemarin pemerintah ngasih dana buat bikin gapura. Terus juga kadang ada pelatihan pembuatan keramik denagn motif-motif yang baru gitu.
T : Berarti pemerintah sangat menbantu ya, Bu. Ada ndak Bu keramik yang sampe dikirim keluar negeri?
J : Kalo dari toko saya, saya belum berani. Waktu itu pernah ada wisatawan asing yang beli. Jual barang ke orang luarnegeri itu berisiko, Mbak.
T : Resikonya apa, Bu?
J : Mereka itu. kalo ada barang yang cacat dikit saja, seperti ada yang lubang gitu, udah ndak mau nerima. Lagian saya juga ndak tau caranya ekspor-ekspor gitu.
T : Apa harapan Ibu untuk prodiksi keramik di kota Malang?
J : Yah semoga lebih maju, lebih dikenal ke mancanegara juga.
T : Amin. Saya sebagai warga Malang juga ikut bangga kepada kampung keramik ini. Mungkin cukup sekian pertanyaan dari kami. Terimakasih waktunya ya, Bu. Maaf kalo ada salah kata.
J : Walah, ndak apa-apa. Saya juga terimaksih.
T : Oya, bisa minta fotonya Ibu buat data pendukung?
J : Boleh.
T : Terimakasih banyak. Assalamu’alikum.
J : Sama-sama, Mbak. Wa’alaikum salam.


EDITING
Keramik Malang ‘Terbang’ Sampai Irian
Kota Malang merupakan kota yang terkenal denagn sektor pariwisatanya. Selain menyediakan banyak tempat pariwisata, Malang juga terkenal dengan oleh-oleh berupa keripik. Malang juga terkenal dengan keramik sebagi oleh-oleh khas. Pusat pembuatan keramik di kota Malang, berada di Kampung Keramik Dinoyo.
Awalnya, Kampung Keramik merupakan tempat pabrik keramik yang memproduksi kloset WC. Namun, seiring denagn berjalannya waktu, pabrik tersebut mengalami pailit. Di lokasi sekitar pabrik, hampir semua rumah menjual keramik. Diantara runah terebut, kami memilih toko keramik Sukma Cipta untuk menggali informsi lebih dalam tentang produksi keramik.
Pemilik toko tersebut adalah ibu Anis. Ibu Anis memulai bisnis keramik sejak tahun 1993 bersama suaminya. “Butuh waktu satu tahun biar bisa bikin keramik yang berkualitas”, kata bu Anis. Saat itu, bu Anis dan suaminya ingin menjadi wirausaha keramik. Karena melihat prospek industri keramik sangat bagus. Apalagi Malang sebagai kota wisata tentunya banyak menarik wisatawan dari luar kota.
Proses pembuatan keramik cukup panjang. Namun ibu Anis beserta 6 karyawannya, mampu memproduksi 400-800 keramik kecil untuk souvenir dalam sehari. Pembuatan keramik dimulai dari pembuatan bahan dasar. Bahan dasar terdiri dari mase atau tanah liat yang agak basah, kaolin sebagai pemutih, air, water glass, dan ball clay. Bahan tersebut dicampur dengan perbandingan yang sesuai. Setelah bahan tersebut siap pakai, proses pembuatan dimulai. Bahan dasar dimasukkan kedalam cetakan sesuai bentuk yang diinginkan. Setelah itu, dipotong dan dijemur agar menjadi agak kering. Kemudian masuk proses merapikan.
Setelah bentuk menjadi rapi, kemudian dispons. Menyepons adalah membersihkan keramik dengan spons basah. Setelah menyepons, keramik memasuki tahap pengglasuran. Pengglasuran adalah mencelupkan permukaan keramik ke dalam cairan yang disebut glasur. Warna glasur bermacam-macam. Tergantung warna dasar yang diinginkan. Setelah pengglasuran, keramik siap diberi motif. Pemberian motif ada tiga cara. Bisa dengan diukir, dilukis, dan bisa juga dengan menempelkan dengan hiasan dari keramik lain. Penempelannya menggunakan bahan dasar yang agak basah.
Motif keramik yang dihasilkan berbagi macam. Tergantung pesanan pembeli. Harganya juga bervariasi. Mulai dari harga paling murah, Rp 1500 sampai yang paling mahal bisa mencapai Rp 300.000. “Setiap toko punya kekhasan motif sendiri, Mbak”, ungkap Bu Anis. Banyaknya rumah industri di Kampung Keramik, tidak membuat bu Anis kalah saing. “Yah, itu kan rezeki masing-masing orang. Tapi kita harus tetap menjaga komitemn. Yaitu, tepat waktu, pelayanan bagus dan mutu terbaik”. Dalam sebulan omzet yang didapat ketika ramai, sekitar 30 juta dengan laba bersih sekitar 5 juta. Jika sedang sepi, omzet turun sampai setengahnya.

Keramik Dinoyo merupakan produk terkenal dari Malang. Kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta dan Surabaya, banyak yang membeli keramik Malang dalam jumlah besar dan kemudian dijual lagi di kota tujuan. Irian, juga merupakan pelanggakn keramik Malang. “Biasanya kalo kota-kota besar gitu, ambilnya keramik yang besar-besar, kayak pot sama guci”. Kampung Keramik Dinoyo, sudah menorehkan banyak prestasi mengharumkan bagi kota Malang. Salah satunya pernah mengikuti pameran budaya yang ada di Malaysia. Wisatawan asing juga banyak yang tertarik dengan keramik Malang. Namun minimnya pengetahuan warga pengrajin untuk cara ekspor, menjadi salah satu kendala keramik Malang belum go internasional.
Pemerintah juga telah mengucurkan dana bagi perkembangan Kampung Keramik Dinoyo. Seperti pembangunan gapura selamat datang dan mengadakan pelatihan bagi pengrajin keramik agar produk yang dihasilkan lebih bagus. Pajak tidak diambil dari rumah industri keramik karena akan semakin membebankan kepada pengrajin. “Semoga kedepannya keramik Malang bisa jadi lebih tekenal dan bahkan bisa sampai mancanegara”, kata ibu Anis.


KESIMPULAN
Setelah melakukan wawancara dengan Ibu Anisati, salah satu pengrajin dan pedagang keramik, kami mendapat banyak pengetahuan tentang produk keramik di Kampung Keramik Dinoyo. Fakta yang paling mengejutkan bagi kami, ternyata kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya, bahkan luar pulau seperti Irian, mengambil keramik Malang untuk dijual kembali. Wisatawan asing juga banyak yang berminat dengan produk keramik Malang. Terbukti dengan banyaknya wisatawan asing yang datang ke Kampung Keramik sebagai salah satu tujuan wisata.
Kami sebagai warga kota Malang bangga dengan hasil karya keramik ini. Karena melalui keramik kita bisa memperkenalkan bahwa Malang mempunyai produk khas. Selain itu, dengan banyaknya rumah industri keramik, akan meningkatkan kesejahteraan warga Malang dan menumbuhkan jiwa wirausaha.



APENDIKS
  1. Biografi narasumber
Nama: Anisati
Alamat: jalan MT. Haryono XI D nomer 470 Dinoyo, Malang
Pendidikan terakhir: sarjana jurusan geografi IKIP Malang
Organisasi: Paguyuban Kampung Keramik Dinoyo, Malang
Pekerjaan dan jabatan: - bendahara Paguyuban Kampung Keramik
- Pemilik toko keramik Sukma Cipta

0 komentar:

Post a Comment